Rabu, 04 Januari 2012

MATHEMATICAL THINKING ACROSS MULTILATERAL CULTURE

Ditulis oleh: Mr. Marsigit

Kesimpulan
Oleh: Meita Putri Rahayu/10305141005

Berpikir matematika adalah operasi mental yang didukung oleh pengetahuan matematika dan kecenderungan jenis tertentu, ke arah pencapaian solusi untuk suatu masalah. matematika memiliki aplikasi yang luas pada pelajaran lainnya, misalnya fisika, statistika dan ekonomi. Supaya bisa berpikir matematika, maka siswa perlu memahami konsep matematika, mengembangkan hubungan antara konsep dan hubungan antara konsep dan prosedur. Dengan belajar matematika siswa dapat berpikir dengan logis, rasional dan bisa memecahkan berbagai masalah sehari-hari. Ada beberapa fitur di mana kita dapat mempromosikan berpikir matematika seperti berikut: (1.) fitur pertama adalah reorganisasi melalui mathematization oleh pemikiran reflektif. (2.) Fitur kedua adalah akuisisi dan menggunakan konsep matematika di dunia ideal (3.) Fitur ketiga adalah belajar bagaimana untuk belajar, mengembangkan dan menggunakan matematika dalam dua sebelumnya jenis belajar. (4.) Berbagi ide dan cara berpikir matematika yang diperlukan untuk ilmu pengetahuan, teknologi, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, dan (5.) Mengembangkan pendekatan pengajaran matematika berpikir melalui pelajaran studi (6.) Mengembangkan jaringan untuk berbagi ide-ide melakukan matematika berpikir tingkat nasional, regional maupun internasional.

PHILOSOPHICAL GROUND OF HUMAN RESOURCES DEVELOPMENT: ITS IMPLICATION TO EDUCATIONAL CHANGE

Ditulis Oleh: Mr. Marsigit

Kesimpulan:
Oleh: Meita Putri Rahayu/10305141005

Pengembangan sumber daya manusia saat ini berfokus pada peningkatan dan keefektifan perubahan strategis. Menuntut lembaga pendidikan dan sistem respon dapat digambarkan dan dianalisis, kesenjangan berkurang, dan perbaikan kinerja. Dalam kasus pendidikan, pergeseran tugas guru dalam pengembangan profesi guru menjauh dari fokus tunggal pada individu, dan asumsi pendukung yang benar-benar dimediasi melalui individu, ke sistem yang lebih holistik dan terbuka. Menurut Fullan(1982, 1991) ada empat fase dalam proses perubahan pendidikan, yaitu inisiasi, implementasi, kelanjutan, dan hasil. Fullan juga menyediakan delapan pelajaran baru tentang membimbing perubahan pendidikan, yaitu:
a) tujuan moral adalah kompleks dan bermasalah
b) Teori pendidikan dan teori-teori perubahan saling membutuhkan
c) Konflik dan keragaman teman kita
d) Memahami makna beroperasi pada tepi kekacauan
e) Kecerdasan emosional adalah kegelisahan dan kecemasan yang mengandung merangsang
f) budaya kolaboratif adalah kecemasan memprovokasi dan kecemasan yang mengandung
g) Serangan inkoherensi keterhubungan dan penciptaan pengetahuan sangat penting
h) Tidak ada solusi tunggal. Kerajinan teori dan tindakan Anda sendiri dengan menjadi konsumen yang kritis.

PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA PEMBELAJARAN PECAHAN DI SMP

Written by: Mr. Marsigit

Concluding Remark
By: Meita Putri Rahayu/10305141005

In the Guidelines, the development of the learning curriculum mentioned that mathematics can be started with an introduction to the problem according to the situation (contextual problems). By raising the issue of contextual, learners gradually guided to master math concepts. From research conducted by the author, students should:
1. Students need to be given the opportunity to explore and reflect on the concept of alternative ideas fractional numbers that affect subsequent learning
2. Students need to be given the opportunity to explore and gain new knowledge about fractions by forming knowledge for themselves
3. Students need to be given the opportunity to gain knowledge as a process of change that includes the addition, modification, creation, hairy, reconfiguration and rejection
4. Students should be given the opportunity to gain new knowledge about fractions which was built by students for itself derived from a variety of experiences
5. Students need to be given the opportunity to understand, work out and implement the fractions.
Teachers need to revitalize itself so that:
1. as a facilitator
2. Able to develop interactive learning
3. Being able to provide the opportunity for students to actively
4. Able to develop curriculum and syllabus and curriculum is actively associating with the real world, both physical and social
5. Able to develop learning scenarios:
a. Interaction scheme: Classical group discussion,, Activities of Individuals,
b. Achieving Competence scheme: motivation, attitude, knowledge, skills, and experience

Minggu, 01 Januari 2012

THE EFFORT TO INCREASE THE STUDENT’S MOTIVATION IN MATHEMATICS LEARNING WITH SOME TEACHING AIDS IN JUNIOR HIGH SCHOOL 5 WATES, KULONPROGO, YOGYAKARTA, INDONESIA

Ditulis oleh: Mr. Marsigit

Kesimpulan
Oleh: Meita Putri Rahayu/10305141005

Keberhasilan proses belajar mengajar Matematika tidak jauh dari peran guru sebagai informator, komunikator, dan fasilitator. Banyak usaha yang telah dilakukan para guru untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar matematika, salah satunya dengan membuat pembelajaran yang menyenangkan dan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan alat bantu mengajar seperti papan dipaku, karet gelang, kartu, lembar kerja siswa, kertas bening, dll bisa digunakan sebagai model dalam pengajaran matematika untuk meningkatkan motivasi siswa dalam proses belajar mengajar. Guru dalam proses belajar mengajar harus menggunakan metode variasi untuk memotivasi siswa agar tidak timbul rasa bosan dan selalu mencakup penjelasan konsep, ide, definisi, atau prosedur tertentu.

ENGLISH TASK

By: Meita Putri Rahayu/10305141005

Merapi eruption that happened last year causes damage and losses are quite large in some districts near Mount Merapi. Many houses were damaged, so many people who have to evacuate. in one place there were 300 refugee camps. place of refuge was available supplies of food which is expected to run out for 8 days. few moments later there is an additional 100 people displaced from elsewhere. the food supply will be exhausted in how many days?


Solution:
The number of refugees now there are 300+100 = 400.
If there are 300 refugees it will run out of food supplies for 8 days, if there are 400 refugees then the food will be depleted during X days.

Settlement of this matter can use reverse comparison, that is
300 people --> 8 days
400 people --> X days
Thus, the value of X can be searched by
X = 300 / 400 * 8
= 6 days
Thus, food supplies will run out for 6 days if the number of refugees to 400 people.

Selasa, 27 Desember 2011

DEVELOPING MATHEMATICS EDUCATION IN INDONESIA

Ditulis oleh: Mr. Marsigit

Kesimpulan
Oleh: Meita Putri Rahayu/10305141005

Pada saat ini studi tentang pendidikan matematika dan ilmu sains di Indonesia mengindikasikan bahwa prestasi anak dalam mata pelajaran matematika dan sains ini masih rendah, hal ini dapat ditunjukkan dengan hasil Ujian Nasional yang dari tahun ke tahun masih belum maksimal dalam pencapaian target kelulusannya baik di sekolah dasar maupun di sekolah menengah. Salah satu cara meningkatkan matematika dan ilmu pengetahuan alam adalah dengan melakukan kerjasama internasional. Kerjasama yang dimaksud adalah kerjasama JICA Teknis Proyek Pengembangan Ilmu Dan Pendidikan Matematika Pengajaran Di Indonesia (IMSTEP) telah bekerja sejak 1 Oktober 1998. Kerjasama melakukan uji coba untuk meningkatkan matematika dan pendidikan ilmu pengetahuan alam disekolah dasar dan untuk bertukar pengalaman tentang kurikulum dan implementasinya dengan sekolah-sekolah sebelum dan saat dalam pelatihan guru-guru. Untuk kegiatan pertukaran pengalaman di antara lembaga-lembaga pendidikan mungkin bervariasi seperti:
1. Melakukan seminar dan lokakarya.
2. Melakukan penelitian bersama.
3. Penerbitan dan menyebarluaskan jurnal.
4. Membangun jaringan antar lembaga atau Negara.

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBANTUAN KALKULATOR: STUDI KASUS PENGGUNAAN KALKULATOR TEXAS INSTRUMENT TI 89 PADA PBM MATEMATIKA DI SMK MUHAMMADIYAH IV YOGYAKARTA

Written by: Mr. Marsigit

Concluding Remark
By: Meita Putri Rahayu/10305141005

In developed countries, a calculator to get an important role in the process of learning mathematics. This is indicated by the use of calculators in learning mathematics ranging from basic education to college. Judging from their use, the calculator consists of two types, namely ordinary calculators and scientific calculators. One example is a scientific calculator graphing calculator. Graphing calculator can solve math problems quickly and displays it in graphical form, and can be used to create programs that can solve math problems. After surveying the SMK Muhammadiyah Yogyakarta IV, there are some constraints experienced by students in using the graphing calculator, the paraphrase sentences in the language of mathematics to express any calculator and the calculator screen display into a mathematical sentence. There are also benefits of graphing calculators in mathematics learning, which is useful to determine and match the picture graphs, equations and inequalities to solve problems by using the command, can accelerate the completion of a math problem. In addition to the presence of graphing calculators in mathematics pemblajaran process becomes more interesting math and math problem solving becomes easier. But if the use of graphing calculators without balanced ability to understand the operating procedures and to think mathematically it can cause high levels of dependency, loss of confidence, and lazy thinking.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India